Oleh Atin Riyani

Setiap orang tentu memiliki seseorang atau beberapa orang teman terbaik dalam hidupnya. Tentunya apa yang menjadikan seseorang sahabat adalah upaya dan sikapnya untuk saling memahami sikap dan sifat satu sama lainnya.

Sebagai teman terdekat seharusnya sudah tidak asing harus berbuat seperti apa jika kita terlihat berbeda dari yang seperti biasanya. Seperti contoh, ketika saya tengah merasakan tak semangat dan bergairah karena suatu permasalahan di kampus, cara yang mudah untuk mengembalikan semangatku hanya dengan mengajakku ke kafe favorit kita bersama.

Ada kalanya pula kita dapat menyesali kehidupan sendiri, seperti merasa tak berharga, tak berguna dan tak bermakna. Tentunya kita juga butuh teman yang dapat berempati pada kita. Namun yang ada mereka malah berkata, “Kamu kurang bersyukur, coba banyakin berdo’a dan memohon ampun sama Tuhan. Masih banyak loh yang gak seberuntung kamu..”

Sialan! Kalian ini sahabat atau tukang ceramah sih?

Tidak semua orang yang sedang bersedih ingin mendengar ceramah atau nasehat. Kita hanya menginginkan pendengar yang baik sehingga kita bisa meluapkan amarah dan kesedihan kita. Membicarakan masalah bisa menjadi jalan terapi bagi beberapa orang.

Tak dapat dipungkiri bahwa bagi beberapa orang, berhubungan dengan Tuhan itu sangatlah penting. Tetapi, bukankah hal tersebut hak prerogatif seseorang? Mengingatkan boleh tapi bukan mengatur.

Untuk urusan depresi, tak perlulah membawa Tuhan untuk menyelesaikan masalahnya. Beruntunglah kamu jika bisa merasa langsung tenang jika berhadapan dengan tuhan. Tetapi Tuhan menciptakan mahluknya berbeda-beda sehingga penyelesaiannya dalam menghadapi suatu masalah pun berbeda-beda, karena masalah kesehatan jiwa bukanlah hal yang sepele.

Akan lebih baik lagi, jika seorang sahabat lebih dulu mendengarkan dan mengedepankan empati daripada memberi ceramah dan nasehat yang tak diminta. Kita bisa mulai menanggapi teman kita yang sedang bersedih dengan menanyakan bagaimana perasaannya dan hal apa yang bisa membuat tenang. Kita juga bisa menawarkannya untuk menemani mencari bantuan karena tidak semua orang memiliki kapasitas untuk mendapatkan jalan keluarnya.

Pernah dipublish di empuan.id